Rss Feed

Tulisan Kebahagiaan #14: Kebahagiaan is You !

Sabtu, 28 Januari 2012

" Apakah ada yang tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak boleh dicintai? Aku tahu. " - Autumn in Paris, hal.233


"Aku memang baru mengenalnya, tapi rasanya kami seperti teman lama yang baru saja bertemu kembali setelah sekian lama kehilangan kontak. Dan tiba-tiba saja aku sadar, dia telah menjadi bagian dari hidupku. "


Aku pertama kali bertemu dengannya di studio mini miliknya. Pertemuan yang tanpa diatur, percayalah. Tanpa sengaja, sedikit mengobrol menjadikan aku akrab dengannya. Sebelumnya, aku berfikir perkenalan kami hanya sebatas itu. Tanpa diduga, obrolanku dengannya berlanjut setelah salah seorang teman kuliahnya dan sekaligus temanku sesama desainer di kantor memberikan alamat email ku padanya.

Obrolanku dengannya hanya sebatas dunia maya. Setelah pertemuan pertama itu - yang tanpa sengaja - percaya atau tidak, aku tidak pernah punya kesempatan bertemu dengannya lagi. Alasannya aku dan dia sama-sama punya kesibukan. Bagi aku dan dia, obrolan tersebut sudah cukup memenuhi kebutuhanku dan dia untuk saling mengetahui keadaan dan menghilangkan kebosanan. Awalnya obrolan kami tidak wajar. Saling berceloteh seperti obrolan seorang rival dipertandingan olahraga. Obrolan yang aneh untuk kategori teman baru Tapi, hal ini justru yang menyamankan kami satu sama lain. Menjadi lebih terbuka satu sama lain dan obrolan kami sampai pada hal-hal sensitif dan pribadi. Sampai suatu waktu, dia mengatakan hal yang tidak pernah aku bayangkan sama sekali. Dia tertarik padaku.

Aku kebingungan ketika dia mengatakan kebenaran itu melalui telepon. Aku baru saja sembuh dari "penyakit" itu belum lama. Dan aku tak mau memulainya kembali secepat itu. Aku tidak pernah pernah percaya cinta pada pandangan pertama. Tapi, sayangnya dia tidak. Dia sangat percaya akan hal itu. Aku masih beranggapan perkataannya itu hanyalah kesalahan penilaiannya yang terkesan menarik kesimpulan sendiri. Sampai akhirnya, aku benar-benar merasakan perasaan yang sama setelah pertemuan kami yang kedua. Kali ini, pertemuan yang memang sudah diatur.

Aku tahu, aku orang tidak mudah jatuh cinta. Tapi, mengapa dalam kasus ini, justru malah sebaliknya? Entahlah. Demi Tuhan, ini memang tidak boleh terjadi padaku. Kami berbeda, kau tahu. Kami berbeda keyakinan. Dan segalanya tidak mungkin. Kami hanya sepakat untuk berteman. Tidak lebih, tidak kurang.

Tapi ternyata kesepakatan kami itu adalah hal yang sangat sulit dijalani. Awalnya, kami masih intens dalam berkomunikasi, bahkan lebih sering daripada sebelumnya.
Namun, perasaan itu semakin dalam, terlebih dari pihaknya. Karena tidak mau terlalu dalam lagi, dia memutuskan menghindariku diam-diam. Aku lupa sudah berapa lama ia menjalankan aksinya itu. Tapi aku selalu merasa pada beberapa hari sebelum ia memberikan pengakuan bahwa ia menghindariku. Ada yang aneh terhadapnya.
Selama percakapan yahoo, dia lebih banyak diam dan jarang berkomentar panjang lebar. Telepon terakhir yang kami lakukan adalah saat dia melakukan confession itu, menjadi percakapan terakhir dan percakapan paling garing sedunia. Jika biasanya kami merasa waktu begitu cepat saat dalam obrolan, saat itu waktu menjadi sangat lama. Aku ingat, obrolan terakhir itu hanya 30 menit. Aku menyebutnya 30 menit yang membosankan. Tidak banyak kami bicara saat itu. Terlalu banyak diam dan tidak bisa berkata. Aku yang kurang fit saat itu, semakin pusing mendengar pengakuannya. Ditambah lagi nada suaranya yang lirih dan terasa berat menambah kepeningan. Speechless, aku tak tahu apa yang harus aku katakan. Aku sadar, aku tidak mungkin egois. Itu adalah pilihannya.


Satu satunya yang bisa aku lakukan adalah menghormati keputusannya dan berusaha mengikuti kemauannya. Tapi, tentu itu tidak mudah. Dan keluar dari situasi ini. Aku tidak akan melupakan dirinya, tetapi aku harus melupakan perasaanku padanya. Pasti butuh waktu lama sebelum aku bisa menatapnya tanpa merasakan apa yang kurasakan setiap kali aku melihatnya. Mungkin suatu hari nanti - entah kapan - semuanya bisa kembali seperti keadaan sebelumnya saat kami bertemu pertama kali dan saat itu aku percaya, adalah waktu yang terbaik untuk kami berdua.

Kepada dia, yang secara pribadi, aku menyebutnya Bulan.
Untuk setiap waktu, inspirasi dan kasih sayangnya untukku.
Thank You !

0 comments:

Post a Comment