Rss Feed

participation[ist]

hi, there !
sudah lama tak bersua, haha
kebanyakan punya sosmed baru, jadi lupa sama sosmed lama.
Gomenasai ! >_<a


mau sedikit share tentang beberapa kesibukan, 
plus
ke.iseng.an baru, heuheu
saya sedang mencoba ikut berpartisipasi di Repro Covernya GPU.
inti lombanya itu adalah menghidupkan cover novel tertentu, tanpa mengubah desain yang lama.
agak lama sih mikir buat brainstormingnya.
kebanyakan "galau" konsep mana yang mau di ambil dan "galau" me-manage waktu buat ngerjain beginian di sela-sela deadline yang lagi ganas-ganasnya.


Awalnya, tahu lomba ini dari update-an fanbase Ilana Tan di Facebook.
Kebetulan jadi salah satu yang like fanbase itu, hehe
Alasannya? karena tugas kuliah sih waktu itu bikin maket buat tugas exhibition.
trus di suruh ikin booth "launching novel".
Kata temen sih, novel "Four Season" nya Ilana Tan bagus,
alhasil, sekelompok mengangkat 4 novel itu jadi 'Primadona' di booth kami ^^v


Salah satu novel yang bikin aku 'jatuh cinta' sama hasil tangan Kak Ilana Tan adalah Spring in London.
Ceritanya biasa sebenernya, cuma ada beberapa 'pemanis' yang bikin cerita ini jadi benar-benar manis dan punya ciri khas.
Untuk itu, sebagai tanda terima kasihku sama kak Ilana Tan atas novel yang keren itu,
aku ikutan lomba ini. 
Selain itu sih, emang lagi suka sama doodle bertema Line Art dan Mix Media.
Jadi, hitung-hitung sebagai latihan karya. ^^

Oke,
Ini cover lama Spring in London yang sudah beredar di pasaran (Gramedia)


a. Cover asli Spring in London


Setela berkutat dengan si Adiknya si Moly kurang lebih 3 jam,
Hasil Repro Cover dengan mix media nya jadi begini:





b. Repro Cover Spring in London

Tadinya mau pake Line Art, tapi karna beberapa hal, jadi yang diikut sertakan mix media yang ini.
(mungkin yang Line Art akan menyusul setelahnya. Doakan saja )


Semoga karya ini bisa menginspirasi  orang lain untuk berkarya daripada bertengkar, ya
(Semoga...)


Tulisan Kebahagiaan #14: Kebahagiaan is You !

Sabtu, 28 Januari 2012

" Apakah ada yang tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak boleh dicintai? Aku tahu. " - Autumn in Paris, hal.233


"Aku memang baru mengenalnya, tapi rasanya kami seperti teman lama yang baru saja bertemu kembali setelah sekian lama kehilangan kontak. Dan tiba-tiba saja aku sadar, dia telah menjadi bagian dari hidupku. "


Aku pertama kali bertemu dengannya di studio mini miliknya. Pertemuan yang tanpa diatur, percayalah. Tanpa sengaja, sedikit mengobrol menjadikan aku akrab dengannya. Sebelumnya, aku berfikir perkenalan kami hanya sebatas itu. Tanpa diduga, obrolanku dengannya berlanjut setelah salah seorang teman kuliahnya dan sekaligus temanku sesama desainer di kantor memberikan alamat email ku padanya.

Obrolanku dengannya hanya sebatas dunia maya. Setelah pertemuan pertama itu - yang tanpa sengaja - percaya atau tidak, aku tidak pernah punya kesempatan bertemu dengannya lagi. Alasannya aku dan dia sama-sama punya kesibukan. Bagi aku dan dia, obrolan tersebut sudah cukup memenuhi kebutuhanku dan dia untuk saling mengetahui keadaan dan menghilangkan kebosanan. Awalnya obrolan kami tidak wajar. Saling berceloteh seperti obrolan seorang rival dipertandingan olahraga. Obrolan yang aneh untuk kategori teman baru Tapi, hal ini justru yang menyamankan kami satu sama lain. Menjadi lebih terbuka satu sama lain dan obrolan kami sampai pada hal-hal sensitif dan pribadi. Sampai suatu waktu, dia mengatakan hal yang tidak pernah aku bayangkan sama sekali. Dia tertarik padaku.

Aku kebingungan ketika dia mengatakan kebenaran itu melalui telepon. Aku baru saja sembuh dari "penyakit" itu belum lama. Dan aku tak mau memulainya kembali secepat itu. Aku tidak pernah pernah percaya cinta pada pandangan pertama. Tapi, sayangnya dia tidak. Dia sangat percaya akan hal itu. Aku masih beranggapan perkataannya itu hanyalah kesalahan penilaiannya yang terkesan menarik kesimpulan sendiri. Sampai akhirnya, aku benar-benar merasakan perasaan yang sama setelah pertemuan kami yang kedua. Kali ini, pertemuan yang memang sudah diatur.

Aku tahu, aku orang tidak mudah jatuh cinta. Tapi, mengapa dalam kasus ini, justru malah sebaliknya? Entahlah. Demi Tuhan, ini memang tidak boleh terjadi padaku. Kami berbeda, kau tahu. Kami berbeda keyakinan. Dan segalanya tidak mungkin. Kami hanya sepakat untuk berteman. Tidak lebih, tidak kurang.

Tapi ternyata kesepakatan kami itu adalah hal yang sangat sulit dijalani. Awalnya, kami masih intens dalam berkomunikasi, bahkan lebih sering daripada sebelumnya.
Namun, perasaan itu semakin dalam, terlebih dari pihaknya. Karena tidak mau terlalu dalam lagi, dia memutuskan menghindariku diam-diam. Aku lupa sudah berapa lama ia menjalankan aksinya itu. Tapi aku selalu merasa pada beberapa hari sebelum ia memberikan pengakuan bahwa ia menghindariku. Ada yang aneh terhadapnya.
Selama percakapan yahoo, dia lebih banyak diam dan jarang berkomentar panjang lebar. Telepon terakhir yang kami lakukan adalah saat dia melakukan confession itu, menjadi percakapan terakhir dan percakapan paling garing sedunia. Jika biasanya kami merasa waktu begitu cepat saat dalam obrolan, saat itu waktu menjadi sangat lama. Aku ingat, obrolan terakhir itu hanya 30 menit. Aku menyebutnya 30 menit yang membosankan. Tidak banyak kami bicara saat itu. Terlalu banyak diam dan tidak bisa berkata. Aku yang kurang fit saat itu, semakin pusing mendengar pengakuannya. Ditambah lagi nada suaranya yang lirih dan terasa berat menambah kepeningan. Speechless, aku tak tahu apa yang harus aku katakan. Aku sadar, aku tidak mungkin egois. Itu adalah pilihannya.


Satu satunya yang bisa aku lakukan adalah menghormati keputusannya dan berusaha mengikuti kemauannya. Tapi, tentu itu tidak mudah. Dan keluar dari situasi ini. Aku tidak akan melupakan dirinya, tetapi aku harus melupakan perasaanku padanya. Pasti butuh waktu lama sebelum aku bisa menatapnya tanpa merasakan apa yang kurasakan setiap kali aku melihatnya. Mungkin suatu hari nanti - entah kapan - semuanya bisa kembali seperti keadaan sebelumnya saat kami bertemu pertama kali dan saat itu aku percaya, adalah waktu yang terbaik untuk kami berdua.

Kepada dia, yang secara pribadi, aku menyebutnya Bulan.
Untuk setiap waktu, inspirasi dan kasih sayangnya untukku.
Thank You !

Tulisan Kebahagiaan #13: Pria yang pintar hati.

Jumat, 27 Januari 2012


Saat aku menulis ini, aku teringat sederet pria-pria di masa lalu. Aku tidak tahu mengapa. Tapi, aku menyadari sesuatu hal yang belum pernah aku sadari. Ada banyak persamaan dari pria-pria itu.
Ya, pria-pria itu mirip.

Aku mengingat satu kutipan dalam buku yang sedang aku baca. Kutipannya seperti ini:
" Cukup memahami 1 pria saja, wanita sudah dapat memahami semua pria di dunia. Sebaliknya, Tidak cukup bagi pria memahami 1 wanita, untuk memahami semua wanita di dunia."

Membaca kutipan itu, aku memutar bola mata. Astaga, Tepat ! Aku langsung berfikir bahwa ada kode gen yang sama antara pria yang satu dengan yang lain (gen merupakan bagian dari DNA yang mengatur sifat dan perilaku manusia) Secara medis, memang tidaklah mungin ada kesamaan gen antara 1 orang dengan yang lain. Tapi, untuk makhluk yang satu ini, mungkin ilmu medis itu tidak berlaku.

Aku ingat, ada beberapa pria belakangan ini yang dekat denganku, adalah orang-orang yang memang memiliki kesamaan hobi dan kegemaran. Mereka suka Art. Mereka suka Digital Imanging. Mereka film a holic. Mereka suka fotografi. Bagiku, mereka tidak dapat dibandingkan, karena secara kemampuan otak kiri dan otak kanan, mereka ada di urutan top three. Mereka pintar. Mereka punya kharisma yang berbeda. Aku menyukainya. Aku suka mereka.

Ada persamaan lain antara mereka. Kelemahan, aku pikir. Entah apa karena pria semacam itu memang puya masalah d bagian ini atau tidak, atau mungkin memang setiap pria seperti itu. Mereka top di otak kanan dan otak kiri namun buttom di hati. Pria yang sulit menetapkan hati. Aku baru tahu ada pria jenis ini. Tapi mungkin, memang bukan hanya pria dari kalangan smart yang seperti ini. Bisa jadi ini sejajar dengan sifat umum para wanita yang suka berbelanja dan bergosip. Sifat Alamiah sekaligus sifat liar. Aku tidak tahu. Banyak hal yang harus lebih dimengerti dan dipelajari oleh para pria ini. Mereka harus melatih kepekaan. Melatih kepekaan bukan seperti latihan ilmu kebatinan. Melatih kepekaan lebih kepada berlatih melihat situasi dan wanita yang tepat untuknya. Melatih kepekaan juga termasuk menguji perasaan dan hati. Karena kebanyakan pria adalah pria yang kurang peka.

Pria yang tidak hanya pintar di otak kanan dan otak kiri, tapi juga pintar hati:
peka dan bijak memilih.

Aku sedang memilih pria yang pintar hati.

Tulisan Kebahagiaan #12: Mencintai ayah

Kamis, 26 Januari 2012

Bagaimanapun keadaanmu, aku tetap mengasihimu, Ayah..!

Tulisan Kebahagiaan #11:Kebahagiaan adalah terima kasih

Rabu, 25 Januari 2012


Thank You - Arigatou gozaimasu - Merci - Danke - Gracias - Obrigado - Toda - Gamsahamnida - Terima Kasih.
Ada kebahagiaan dalam kata-kata itu.

Berkata "terima kasih" tidak dapat di pungkiri adalah hal yang simple. Tetapi, yang terpenting bukan kata-katanya, melainkan perasaan yang menyertainya. Apa yang kamu rasakan setelah mengucapkan kata "terima kasih"? Ingatkah kamu bagaimana rasanya?

Saat itu, aku baru selesai mengucapkan kata-kata itu setelah ada temanku yang bersedia meluangkan waktunya hanya untuk sedikit sharing bersama. Ada perasaaan senang yang timbul setelahnya. Perasaan lega juga. Seperti 1 kata terima kasih belum cukup seimbang untuk membalas waktu luangnya untukku.

Sebaliknya, pernahkah kamu ingat, bagaimana perasaan ketika kamu mendapatkan kata "terima kasih" dari seseorang? Perasaan yang hampir sama dengan perasaan ketika mengucapkan kata itu. Lega dan menyamankan. Terasa ringan,bukan. Aku menyimpulkan, itulah bagian dari kebahagiaan. Kata "terima kasih" seperti memiliki nyawa sendiri. Ia seperti magis. Seperti memiliki perasaan sendiri.

Sering-seringlah mengucapkan kata ini.
kebahagiaan adalah "Terima kasih"



Tulisan Kebahagiaan #10: Kebahagiaan: Ku kejar maka tak ku dapat

Selasa, 24 Januari 2012

Kenapa banyak orang yang mengejar kebahagiaan? Padahal kebahagiaan itu adalah salah satu hal yang diberikanNya secara otomatis ketika kita dilahirkan di dunia.

Aku tidak pernah mengerti, mengapa saat aku bertanya kepada seseorang mengenai apa yang dia kejar selama ini, dan dia menjawab. kebahahagiaan. Mengapa kebahagiaan perlu di kerjar? Apakah hal itu perlu? Apakah kebahagiaan punya kali seribu dan tidak bisa diam dalam posisinya?

Aku tidak tahu. Aku pernah mengatakan sebelumnya bahwa aku tidak tahu bagaimana bentuk dan rupa kebahagiaan "yang selalu di kejar-kejar" orang tersebut. Aku hanya bisa merasakannya.

Kebahagiaan dapat terlihat dalam bentuk apapun. Bahkan berkamuflase menjadi bentuk yang awalnya menyebalkan. Dia memang bandel dan nakal. Setidaknya, itu yang aku tahu. Bagiku, sepanjang detik, selalu ada kebahagiaan baru di sekeliling kita. Yang perlu dilakukan hanyalah menutup mata dan merasakannya. Kadang, orang-orang melihat kebahagiaan itu dari sisi ketika hal itu sulit di dapatkan, dan ketika mendapatkan, maka itu lah kebahagiaan. Kadang, mereka menyamakan kebahagiaan dengan materi yang mahal.

Kebahagiaan memang mahal, namun tidak dapat di ukur dengan alat pengukur apapun. Kebahagiaan itu seperti internet -terkadang-. Unlimited.
Tidak selamanya sesuatu yang di dapatkan dengan gratis, menjadi sesuatu yang tak tidak berharga dan tak bernilai. Sangat banyak hal yang demikian yang dapat menghasilkan kebahagiaan bagi orang yang membutuhkannya.

Kebahagiaan.

Ketika di kejar, kadang tak mendapat.

Kebahagiaan.

Seperti Jelagkung. Pergi tak dijemput, dan pulang tak di antar.
Dia singgah di mana saja dan menyusup kemana saja.
Tidak perlu mengejarnya,
karena kebahagiaan akan datang otomatis, percayalah

Tulisan Kebahagiaan #9: Kebahagiaan adalah panggilan

Senin, 23 Januari 2012


Apakah panggilan dalam hidupmu?
Adakah?
Aku percaya pasti ada. Kamu hanya belum benar-benar melatih kepekaanmu menemukannya.
Kalau begitu, temukanlah !

Aku sempat berfikir sejenak ketika aku membaca salah satu tulisan kak Theoresia Rumthe dalam blog nya. Aku memanggilnya dengan sebutan "Kakak", karena aku yakin dia sudah lahir terlebih dulu sebelum aku lahir, walaupun aku belum benar-benar memastikan hal itu. Kali ini, tulisannya memang sedang membahas tentang panggilan hidup.
Aku sedikit tertegun dengan tulisan itu. Benar, aku sedang melupakan apa panggilan hidupku. Aku mulai memutar otak, berusaha mengotak-atik ingatanku, apa sebenarnya panggilan dalam hidupku? aku sudah menemukannya atau belum? atau aku memang sudah menemukan namun hanya belum mengerti panggilan itu?


What's your calling? What's your live for?


Pertanyaan itu ada di dalam otakku sekarang. Aku suka terhadap media dan art. Aku suka menulis. Aku suka membaca. Tapi, ada 1 hal yang lebih aku sukai. Aku lebih suka mendengarkan. Aku suka ketika ada orang yang membutuhkan bantuanku. Aku suka bisa berbagi beban dengan orang lain. Aku suka berbagi dengan caraku, karena aku merasa ketika hal itu ku kerjakan, hidupku menjadi seimbang. Wujud "terima kasih" ku kepada Tuha atas kebahagaiaan hidup. Setelah "terima", lalu "kasih" kembali kepada orang lain. Menyenangkan. Media dan Art juga kadang menjadi pelampiasanku untuk ber "terima kasih". Aku menyadari, apa pun panggilan dalam hidupmu, apapun yang kamu kerjakan dalam
hidupmu, Kerjakan itu dengan segenap hatimu. Kerjakan itu seperti hari esok tidak akan pernah ada lagi.

"Mengerti panggilan kita. Menjalani dan melakukannya. Terkadang tidak mebuat saya dan kamu menjadi kaya secara material. Tapi seharusnya kita bangga karena kita berhasil memenuhi tujuan kita semasa dilahirkan.Penting untuk cantik dan fashionable. Tetapi lebih penting lagi untuk punya pemikiran-pemikiran yang dalam akan sesuatu. Penting untuk menjadi terkenal. Tetapi lebih penting lagi untuk terkenal karena melakukan panggilan kita."
- di adopsi dari blog kak Theoresia Rumthe _ Perempuansore.


So, pikirkanlah!
What your calling?
Karena kebahagiaan adalah panggilan.